Bebaskan Pedagang Kecil dari ‘Lintah Darat’
Drs. Tgk. H. Ridwan Johan, Pengurus Baitul Qiradh Bairurrahman
Keberadaan Baitul Qiradh Baiturrahman (BQB) diakui tidaklah setenar dan sebesar bank konvensional, khususnya yang berada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Namun, dilihat dari segi perkembangannya Baitul Qiradh memang cukup menjanjikan sekaligus menjadi solusi untuk menjauhkan umat Islam dari praktik ribawi.Dalam sejarah pembentukan lembaga keuangan syariah ini, ada sederatan tokoh pendiri seperti, almarhum Tgk H Soufyan Hamzah Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Drs Tgk Ridwan Johan saat itu bertindak Sekretaris Masjid Raya Baiturrahman, Ir HM Zardan Arabi, Ir H Basri A Bakar MSi, dan Sayed Muhammad Husen serta beberapa nama lainnya.
Keberadaan Baitul Qiradh Baiturrahman (BQB) diakui tidaklah setenar dan sebesar bank konvensional, khususnya yang berada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Namun, dilihat dari segi perkembangannya Baitul Qiradh memang cukup menjanjikan sekaligus menjadi solusi untuk menjauhkan umat Islam dari praktik ribawi.Dalam sejarah pembentukan lembaga keuangan syariah ini, ada sederatan tokoh pendiri seperti, almarhum Tgk H Soufyan Hamzah Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Drs Tgk Ridwan Johan saat itu bertindak Sekretaris Masjid Raya Baiturrahman, Ir HM Zardan Arabi, Ir H Basri A Bakar MSi, dan Sayed Muhammad Husen serta beberapa nama lainnya.
Menjabat sebagai Wakil Pengurus BQB, Teungku Wan sapaan akrab Ridwan
Johan kepada redaksi menceritakan bahwa, cikal bakal pendirian BQB
merupakan ide sangat tepat, karena secara geografis, Masjid Raya
Baiturrahman terletak berada di tengah-tengah Pasar Aceh. Apalagi,
sebagian dari Jamaah Masjid Raya Baiturrahman merupakan para pedagang
kecil yang berdomisili dekat dengan Pasar Aceh atau sekitarnya. Dengan
adanya Baitul Qiradh jelas sangat membantu para pedagang dalam
mengembangkan usaha dan juga melepaskan pedagang kecil dari praktik
lintah darat. Karena lokasinya strategis, sehingga memudahkan bagi
jamaah untuk menyimpan atau meminjam dana untuk modal usaha.
Menurutnya, lembaga keuangan mikro berbasis syariah ini diresmikan oleh Prof DR BJ Habibie, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 8 Juli 1995 lalu, bersamaan dengan peresmian sebanyak 49 Baitul Qiradh se-Aceh. Menurut suami Masniar SAg, sebagai baitul qiradh atau rumah pinjaman Baiturrahman ini pada awalnya modal berasal dari kas Masjid Raya Baiturrahman, sebesar Rp. 10 juta dan modal para aghnia sebesar Rp.6 juta. Dengan modal sebesar itu, telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hingga sekarang, BQ Baiturrahman telah membukukan aset mencapai Rp 13 milyar. Termasuk BQ yang punya aset terbesar di Provinsi Aceh.
Awalnya, dengan berkantor pusat di ruang berukuran sekitar 4x6 meter di Menara Utara Masjid Raya. Sekarang telah membuka tiga kantor pelayanan masing-masing, di Jl Mr Muhammad Hasan di Gampong Sukadamai dan di Jl Kebon Raja No 4 Simpang 7 Ulee Kareng Banda Aceh.
Pasca Tsunami
Menjelang akhir tahun 2004 lalu, aset BQ telah mencapai sebesar Rp.350
juta. Namun, saat itu musibah gempa dan tsunami melanda Aceh.
Akibatnya, semua aset inventaris dan adminstrasi BQB tenggelam dan
hancur bersama lumpur hitam tsunami. Puluhan juta uang di brankas
dijarah. Nasabah juga banyak yang menjadi korban. Penyelesaian simpanan
nasabah dilimpahkan pada keluarga. Namun demikian, BQ Baiturrahman dapat
beroperasional kembali setelah disokong sejumlah lembaga BAZNAS, BRR
melalui pilot proyek microfinance, International Labour Organitation
(ILO), PT. BISMA dan beberapa lembaga lainnya. Ditandai dengan peresmian
kembali oleh Ibu Wakil Presiden, Hj Mufida Jusuf Kalla pada 17 Maret
2005.
Sejak itu nama BQ Baiturrahman berubah mejadi BQB Baznas Madani, menurut ayah dari Nura Usrina, Muhammad Ridha Maulana dan Syahrul Mubarak hal menggembirakan ini adalah ummat Islam di Aceh sudah mulai sadar untuk menerapkan syariah dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk perbankan dan ekonomi berbasis syariah. Amin Semoga! NA. RIYA ISON
link: http://www.gemabaiturrahman.com